Rabu, 14 Maret 2012

Zamannya, zaman edan!!!

Yuyu, Yaya, Yiyi Jaman Edan

Yuyu, Yaya, Yiyi
Yiyi, Yaya, Yuyu
Petruk tersenyum pasi
Meretas nirwana, meneguk ciu

Yiyi, Yuyu, Yaya
Yuyu, Yaya, Yiyi
Gareng terpingkal tertawa-tawa
Melantunkan tembang, bernyanyi-nyanyi

Yuyu, Yiyi, Yaya
Yiyi, Yaya, Yuyu
Bagong makan kekenyangan
Lelah meracau tentang keluguan

Yuyu, Yaya, Yiyi
Semar tertawa melihat mereka semua
Termabukkan oleh arak keduniawian
Semar tertawa terpingkal-pingkal
Karena ternyata semua jadi edan
Semar tertawa ikut meneguk ciu
Jika tak ikut maka tak kebagian

22 Februari 2012

Review peristiwa "Skandal Renovasi Gedung Banggar DPR"


Mafia Kursi, Mafia Renovasi, Mafia lagi….

            Polemik perenovasian ruangan Badan Anggaran DPR menimbulkan banyak pertanyaan disana-sini. Salah satunya adalah mengapa anggaran perenovasian ruang Badan Anggaran DPR bisa mencapai Rp 20,3 miliar untuk ruangan seluas 800 meter persegi sedangkan Mahkamah Agung sanggup merenovasi tiga lantai ruangannya hanya dengan anggaran Rp 10,24 miliar? Sebuah fakta yang kontradiktif dan kontroversial.
Jika dipikirkan dengan logika pasti anggaran renovasi ruangan Badan Anggaran tidak bisa dinalar karena ruangan yang seluas 800 meter persegi menghabiskan biaya Rp 20,3 miliar. MA saja dapat merenovasi tiga lantai ruangannya dengan anggaran separuh dari anggaran Banggar yaitu Rp 10,24 miliar. Dari segi luasnya saja sudah tidak bisa dinalar. Ruangan yang besar saja biayanya lebih sedikit, kok ruangan yang kecil menghabiskan anggaran yang lebih besar.
Pasti muncul pertanyaan kok bisa segitunya? Menurut Surat permintaan dari Banggar DPR yang disampaikan pada Juli dan Agustus 2011, pihak Banggar DPR meminta agar disediakan ruangan yang lebih representatif. Tetapi jika dilihat-lihat sepertinya itu bukan ruangan representatif tetapi lebih mirip ruangan mewah untuk memanjakan para anggota Banggar DPR. Padahal pembangunan itu dananya darimana? Ya, dari uang rakyat. Seperti kata pepatah hemat pangkal kaya itu tidak berlaku bagi perenovasian ruang Banggar DPR ini, lebih tepatnya kalau pepatah itu diganti kaya pangkal hura-hura karena uang rakyat hanya digunakan untuk hura-hura. Duh, DPR!

Anggaran renovasi, mafia renovasi kah?
Jika dilihat dalam proses perenovasian ruangan Banggar ini ada tiga pihak yang terlibat. Pertama, Banggar sebagai pemakai ruangan yang direnovasi. Kedua, Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR sebagai pihak yang setuju dengan anggaran perenovasian sebesar Rp 24 miliar. Ketiga, Setjen DPR yang mengajukan usulan dan melaksanakan proyek perenovasian gedung ruangan Banggar DPR. Latar belakangnya adalah ruang Banggar di Gedung Nusantara II ruangannya selalu terlihat redup, ruangannya terlalu penuh untuk menampung tamu yang mencapai 100-150 orang, dan lapisan kedap suara serta sound systemnya tak lagi memadai.
Yang perlu dipertanyakan adalah apakah pihak-pihak yang menyusun anggaran itu perlu anggaran sebesar itu untuk memperbaiki hal-hal yang sekiranya tidak memerlukan anggaran yang berlebihan? Atau mungkin ada sesuatu dibalik penetapan anggaran renovasi sebesar itu? Mungkin maraknya mafia-mafia juga merembeti anggaran renovasi Banggar ini. Uang rakyat sebesar Rp 20,3 miliar ini mungkin sudah disalahgunakan atau bahkan digelapkan untuk menggemukkan dompet para oknum yang terlibat dalam penyusuan anggaran ini.
Ternyata setelah diadakan penelusuran yang dilakukan oleh tim Kompas ada sebuah informasi yang sangat mengagetkan. Konsultan pengawas renovasi Banggar yaitu PT Jagat Rona Semesta mendapat nilai kontrak Rp 234,390 juta. Namun saat didatangi tim Kompas di Kompleks Griya Intan tidak ditemukan perusahaan yang ada di komplek itu. Selain itu penelusuran Kompas tentang harga kursi yang konon katanya harganya Rp 24 juta itu ternyata harga kursi itu paling mahal sekitar Rp 9,1 juta. Mengapa selisihnya bisa sangat jauh? Apakah ada permainan uang dibalik anggaran pembelian kursi itu.
Yang lucunya lagi semua pihak DPR saling lempar tanggungjawab. Padahal kan sudah jelas alur pengajuan sampai proses pengesahan anggaran proyek itu. Apalagi proses itu sudah berlangsung dan jadinya ya ruangan baru Banggar DPR yang sangat mewah. Karena kejanggalan anggaran ini, KPK perlu memeriksa proses penggunaan anggaran renovasi ini apakah sudah digunakan dengan baik atau belum. Atau jangan-jangan uangnya sudah masuk ke kantong para pelaksana proyek renovasi ini termasuk para anggota DPR. Rakyat saja sudah geram dengan jumlah anggaran yang tidak wajar itu maka perlu diadakan penyelidikan dan ketegasan hukum jika benar terbukti adanya permainan korupsi pada proyek renovasi gedung Banggar DPR. Salam buat mafia kelas kakap dari sistem birokrasi Indonesia!!!! hahahaha
           
           
           

Bangkitlah dari keputusasaan


Sehabis Gelap, Terbitlah Terang

            Pernahkah anda mengalami masa-masa keputusasaan? Pasti kebanyakan dari anda sudah pernah mengalami keputusasaan. Keputusasaan itu dapat digambarkan sebagai sebuah situasi dari diri kita yang membuat seakan-akan kita tidak bisa melakukan atau menyelesaikan sesuatu hal. Keputusasaan membuat kita kehilangan semangat untuk menyelesaikan sesuatu yang sedang kita kerjakan dan keputusasaan itu kadang membuat seolah-olah harapan itu tidak ada. Pokoknya situasi keputusasaan itu hanya membuat kita diam untuk tidak melakukan sesuatu karena kita ragu, apakah kita bisa melakukannya.
            Contohnya seperti berikut, ketika siswa diberi tugas membuat makalah dengan batas tenggang waktu selama dua hari. Pasti responnya akan berbeda-beda, ada yang langsung menyanggupi dan juga ada yang merasa ragu apakah bisa membuat sebuah makalah dengan waktu dua hari. Jika di dalam kehidupan di sekolah A misalnya ada seorang siswa yang harus menyelesaikan karya tulis tetapi selain itu siswa tersebut terlibat dengan berbagai kegiatan ekstrakulikuler dan kepanitiaan yang ada di sekolahnya. Pada suatu fase, siswa itu akan merasa ragu apakah dia bisa menyelesaikan karya tulisnya di tengah banyaknya kesibukan kehidupan asrama.Nah, pada kesempatan kali ini kita akan membahas lebih dalam dan berefleksi tentang keputusasaan.

“Beda lan kang wus santosa, kinarilan ing Hyang Widhi, satiba malanganeya, tan susah ngupaya kasil, saking mangunah prapti, pangeran paring pitulung, marga samaning titah, rupa sabarang pakolih, paradene masih taberi ikhtiyar.”
Orang yang kuat lahir batin, diberkahi Tuhan, rejeki terus mengalir meski tanpa susah payah, karena ketekunannya, Tuhan memberi pertolongan melalui sesama, lengkaplah segala kemudahan, naun tetap saja terus berusaha.
-Serat Kalatidha-
R.Ng. Ranggawarsita

            Hidup adalah sebuah proses untuk terus berusaha hidup. Seperti yang dikatakan dalam seorang pujangga Jawa yaitu R. Ng. Ranggawarsita bahwa walaupun semua kemudahan sudah dating pada kita tetapi kita tetap harus berusaha. Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana kalau kita tidak diberi kemudahan oleh Tuhan, apakah kita akan tetap berusaha atau menyerah di tengah keputusasaan? Kadang ketika kita melakukan sesuatu hal, kita akan diberi kemudahan oleh Tuhan melalui orang-orang di sekitar kita atau melalui kondisi lingkungan. Tetapi kadang kala kita tidak diberi kemudahan melainkan cobaan yang akan mempersulit kita untuk melakukan sesuatu hal. Pada saat seperti itu kita dituntut untuk bisa tabah dan bertahan menjalani cobaan karena kita sedang diberi ujian oleh Tuhan. Tujuan Tuhan memberikan kita ujian itu adalah untuk melihat apakah kita itu kuat mental kita menjalani cobaan yang terus menderu dan walaupun sebuah cobaan itu sulit dan menyakitkan tetapi dibalik itu semua pasti ada hikmah yang akan menjadi indah pada waktunya. Dalam masa-masa berat itu kita diajak untuk terus percaya bahwa masih ada harapan dan untuk terus berusaha mengejar harapan itu karena Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi umatnya.
            Tetapi bagaimana kalau kita menyerah? Kalau kita menyerah pasti masalah yang kita hadapi tidak akan pernah terselesaikan. Jika kita menyerah sama saja kita lari dari masalah karena kita tidak mau menghadapi masalah itu. Atau jika kita menyerah, mungkin kita akan merasa senang karena sudah tidak terbebani lagi tetapi dibalik itu kita tidak dididik untuk menjadi pribadi yang tangguh. Kita akan cenderung menjadi orang yang manja karena mental kita tidak terbentuk untuk berusaha dan sebetulnya ketika kita menyerah, beban itu masih ada tetapi tidak begitu tampak. Masalah atau beban itu akan terus menumpuk karena masalah itu akan terus berdatangan sepanjang hidup kita. Jika kita tidak berusaha menyelesaikan atau menghadapinya, akan banyak masalah yang membuat kita menjadi lebih tertekan.

“Ngelmu iku, kalakone kanthi laku, lekase lawan kas, tegese kas nyantosani, setya budya pangekese dur angkara.”
Ilmu itu, hanya tercapai melalui laku (proses usaha dan tawakal), dimulai dengan kas (niat teguh), artinya kas menjadikan sentosa. Iman dan budi yang teguh untuk menanggulangi goda angkara.
-Serat Wedhatama-
KGPAA Mangkunegara IV

            Seperti kata-kata wejangan diatas bahwa ilmu itu dicapai melalui laku atau proses usaha tawakal. Sama juga dengan kesuksesan juga dicapai melalui proses usaha dan tawakal. Semua usaha itu diawali dari niat bahwa kita mau berniat untuk berusaha. Niat yang teguh itu sudah menjadi landasan yang kuat untuk kita melangkah. Niat yang teguh akan membawa kita kepada keberhasilan. Dalam proses itu, kadang ada fase disaat kita mengalami kelelahan dan masa-masa berat yang akan membuat kita merasa putus asa untuk bisa menyelesaikannya. Pada saat itulah niat yang teguh membuat kita percaya bahwa badai pasti akan berlalu, bahwa semua ini akan terselesaikan. Niat teguh itu menjadi motivasi awal yang akan selalu memberi semangat ketika merasa putus asa. Dengan adanya niat, kita akan menjadi beriman dan percaya kalau semua dapat dilalui dan masih ada harapan dibalik terpaan badai.
            Rasa percaya itulah yang akan membuat kita terus melangkah. Rasa percaya juga yang membuat kita semakin beriman karena kita akan senantiasa didampingi oleh Tuhan. Di tengah proses itu, kita akan menemui banyak godaan yang akan membuat kita tidak setia dengan proses kita. Dalam posisi itu kita diajak untuk beriman dan kembali pada niat untuk menyelesaikan proses ini dengan elegan. Jika kita tidak beriman dan kembali membangun niat, kita akan terbuai dengan godaan dan menjadi tidak setia dengan proses kita. Godaan itu pasti akan memberikan tawaran yang lebih menyenangkan daripada proses perjuangan kita. Maka pasti kita akan mudah untuk terpengaruh oleh godaan. Pada saat diterpa godaan kita diajak menjadi kuat seperti Santo Petrus yang memiliki pendirian teguh yang digamabarkan sebagai batu karang.

            Sehabis gelap, terbitlah terang
            Pasti anda merasa tidak asing dengan kalimat ini. Ya, kalimat ini dari salah satu tokoh perjuang Indonesia yaitu R.A Kartini. Kalimat ini menjadi harapan Kartini pada perjuangannya untuk mengangkat martabat wanita Indonesia. Walaupun perjuangannya terhenti dengan pernikahannya dengan Bupati Rembang tetapi ia masih memiliki harapan bahwa pada suatu saat pasti martabat wanita Indonesia tidak akan direndahkan lagi oleh kaum lelaki.
            Sehabis gelap, terbitlah terang itu mengambil gambaran seperti setelah malam hari yang gelap pasti akan terbit mentari pagi hari yang akan menyinari dunia. Kalimat ini menunjukkan kepercayaan adanya sebuah harapan dalam setiap perkara. Pasti ada setiap jalan penyelesaian dari setiap masalah. Hal inilah yang ingin kita teladani dan kita hidupi dalam setiap kehidupan kita.
            Kita diajak untuk terus berjuang dan berusaha saat menyelesaikan sebuah masalah. Kita harus terus setia untuk menyelesaikan sebuah proses dengan elegan. Pada saat-saat kita mengalami keputusasaaan kita harus percaya bahwa masih ada harapan dan badai akan berlalu. Kita harus pecaya bahwa masih ada banyak jalan untuk mencapai cita-cita kita. Seperti sebuah pepatah yang mengatatkan, masih ada banyak jalan menuju Roma. Jadi mengapa harus takut untuk menghadapi keputusasaan? Kita hanya perlu percaya bahwa akan waktunya badai itu berlalu dan kita perlu terus berusaha sampai titik darah penghabisan kita. Tuhan akan selalu mendampingi umatNya dan tak akan pernah meninggalkan umatNya. Jadi tidak perlu takut untuk melangkah kalau Tuhan sudah beserta kita.

“Peputune nggonira dumadi, ngugemana mring catur upaya, mrih tan bingung pangesthine, kang dhingin wekasingsun, anirua marang kang becik, kapindho anuruta mring kang bener iku, katri nggugua kang nyata, kaping pate miliha ingkang pakolih, dadi kanthi ning ndonya.”
Hakikat hidupmu di dunia, berpeganglah pada empat usaha, agar tidak bingung mencapai tujuan, nasihatku yang pertama, contohlah apa yang baik, kedua tirulah kehendak yang baik, ketiga indahkanlah apa yang nyata, keempat pilihlah apa yang membawa keberhasilan, itulah bekal hidupmu.
-Serat Darmawasita-
KGPAA Mangkunegara IV


Sebungkus Nasi Kucing Keadilan


Sebungkus Nasi Kucing “Keadilan”

Sebungkus nasi kucing bagi rakyat jelata sudah cukup untuk mengenyangkan perut mereka. Dengan uang seribu rupiah saja, siapapun sudah dapat membelinya. Hanya sebungkus saja sudah bisa menyambung hidup di tengah kerasnya kehidupan. Bukan janji-janji manis untuk memajukan kehidupan rakyat kecil tetapi hanya sebungkus nasi. Bukan omongan manis tentang keindahan demokrasi melainkan segelumit keadilan bagi rakyat kecil yang tertindas. Bagaimana nasib perut rakyat kecil jika uang rakyat hanya untuk mengenyangkan kaum-kaum elite politik?
Merebaknya tindak korupsi, wacana kenaikan BBM, pilu pemilu yang tidak membawa perubahan dan penyelewengan kekuasaan yang terjadi pada aparat pemerintahan sudah cukup membuat rakyat pusing. Dalam kondisi itu dipertanyakan kembali “Dimana eksistensi keadilan bagi rakyat?” Sudah banyak contoh keadilan yang dipermainkan oleh para wakil rakyat. Kasihan jika rakyat hanya terus menerus menjadi permainan. Katanya negara demokrasi yang berlandasan pada keadilan tetapi kok instrumen keadilan dan demokrasi disalahgunakan.
Seperti sebungkus nasi kucing, di dalamnya ada nasi, sambal dan aneka lauk-pauk yang dijual murah. Sewajarnya bahwa keadilan juga dijual murah kepada rakyat seperti nasi kucing. Keadilan itu ditegakkan melalui wakil-wakil rakyat yang menyalurkan aspirasi rakyat bukannya menimbun kekayaan dengan topeng sebagai wakil rakyat. Seperti yang dikatakan Abraham Lincoln tentang demokrasi, “Democracy is government of the people, by the people, and for the people.” Pemerintahan atas nama rakyat, di tangan rakyat dan atas kehendak rakyat bukan pemerintahan di tanganku, atas namaku dan demi diriku. Jika yang terjadi seperti itu demokrasi sebagai sarana menegakkan keadilan hanya dijadikan sebagai sarana pelampiasan ego tanpa memandang nasib orang lain. Demokrasi sebagai sebuah instrumen penegak keadilan memiliki unsur-unsur yang harus dipegang dalam penegakkannya yaitu kebebasan, persamaan, solidaritas, toleransi, kejujuran, penalaran, dan keadaban.
Kebebasan untuk menyalurkan aspirasi sebagai sebuah bentuk keterlibatan dalam membangun negara harus senantiasa diterapkan. Aspirasi itu bermanfaat bagi kepentingan bersama yang disampaikan oleh seluruh rakya di pelosok Indonesia. Aspirasi itu juga diterima tanpa pandang bulu sehingga ada persamaan hak dalam berpendapat. Bukan hanya kaum-kaum elite politik dan para cendekiawan saja yang bisa mengeluarkan aspirasi tetapi seorang tukang becak pun bisa dan berhak untuk berpendapat demi kepentingan bersama. Mungkin aspirasi yang diberikan itu tidak semuanya harus diterapkan secara mutlak tetapi aspirasi itu bisa menjadi sebuah pertimbangan untuk membuat kebijakan yang lebih merakyat.
Dalam penampungan aspirasi itu hendaknya juga disertai rasa solidaritas dan toleransi. Perbedaa akan selalu muncul dalam sebuah sistem demokrasi. Maka dari itu dibutuhkan sikap toleransi untuk menerima perbedaan tersebut. Bukan malah marah ketika ada aspirasi yang berupa kritik yang pedas dan kemudian mempermasalahkannya sebagai kasu pencemaran nama baik. Aspirasi yang masuk itu hendaknya diterima dengan lapang dada karena aspirasi itu bisa digunakan sebagai sarana berefleksi untuk menuju perubahan yang lebih baik. Wakil rakyat juga dituntut kesediaannya untuk memperhatikan kepentingan bersama bukan hanya kepentingan pribadi dan bekerja sama dengan orang lain dalam melaksanakan tugasnya. Misalnya dalam kasus pembelian kursi Banggar DPR dengan biaya selangit yang diluar logika, biaya sebesar itu tak patut digunakan hanya untuk membeli kursi. Selain itu dalam proses pembeliannya dapat menggunakan produk dalam negeri yang sama kualitasnya dan harganya lebih murah sehingga turut memberdayakan para pengusaha dalam negeri.
Nilai yang sangat penting dan saat ini sangat memprihatinkan keadaanya adalah nilai kejujuran dan keadaban. Melihat berbagai masalah yang ada dalam tubuh pemerintahan saat ini yang mulai kehilangan kejujuran dan keadabannya sungguh membuat miris hati. Kejujuran sudah bisa dibeli dengan uang dan digantikan dengan korupsi. Budi pekerti sudah digantikan dengan budaya materialistis sehingga beberapa oknum wakil rakyat tanpa beban mengeruk uang rakyat. Korupsi sudah merajalela bahkan eksistensi kejujuran dan budi pekerti dipertanyakan pada pribadi para wakil rakyat. Kasus-kasus korupsi sudah menjamur seperti kasus pembangunan Wisma Atlet Palembang, kasus cek perjalanan terkait pemilihan Miranda S Goeltom sebagai Deputi Gubernur Senior BI, kasus pengadaan mobil pemadam kebakaran di Riau, dll. Itulah cerminan degradasi nilai yang sedang menjadi wabah penyakit berbahaya di kalangan wakil rakyat. Mau dibawa kemana kejujuran dan budi pekerti?
Sebungkus nasi kucing bisa mengenyangkan perut yang lapar. Segelumit keadilan dapat menyenangkan hati rakyat yang terluka dan sengsara. Apakah anda tergerak untuk memberikan sebungkus nasi kucing “keadilan” bagi rakyat yang kelaparan? Atau anda akan membiarkan rakyat mati dalam kelaparan keadilan yang membelit bangsa Indonesia?

Jumat, 09 Maret 2012

Filosofi Bambu Dalam Falsafah Jawa 


            Apakah filosofi bambu dalam falsafah Jawa? Orang Jawa selalu dekat dengan bambu karena bambu sudah menjadi bagian dari hidup orang Jawa. Bambu memberikan banyak manfaat. Karena kedekatannya dengan bambu, oran Jawa mampu mengambil refleksi dari bambu untuk dijadikan nilai-nilai luhur yang dihidupi. Filosofi bambu dijadikan sebuah simbol untuk mengajarkan nilai-nilai moral yang baik. Dalam falsafah Jawa, filosofi bambu disesuaikan dengan unsur sentral kebudayaan Jawa yaitu rila (ikhlas), nrima (bersyukur), dan sabar.
Rila atau eklas berarti kesediaan menyerahkan segala milik, kemampuan, dan hasil karya kepada Tuhan. Nrima berarti merasa puas dengan nasib dan kewajiban yang telah ada, tidak memberontak tetapi mengucapkan terima kasih. Sabar menunjukkan ketiadaan hasrat, ketiadaan ketaksabaran, ketiadaan nafsu yang bergolak.

            Filosofi bambu ini diangkat dalam sebuah lagu hip-hop yang berjudul ngelmu pring yang diciptakan oleh G.P Sindhunata, SJ. Lagu ini ditenarkan oleh kelompok musik Jogja Hip-Hop Foundation. Dalam lagu ini banyak sekali nilai-nilai moral yang diajarkan melalui simbol bambu. Karena dikemas menggunakan lagu hip-hop yang sesuai dengan selera anak muda, maka lagu ini dapat menjadi pembelajaran nilai-nilai moral bagi kaum muda yang sesuai dengan perkembangan zaman.

Pring deling, tegese kendel lan eling,
kendel marga eling, timbang nggrundel nganti suwing
Pring kuwi suket, dhuwur tur jejeg
rejeki seret, rasah dha buneg
Pring ori, urip iku mati
kabeh sing urip mesti bakale mati
Pring apus, urip iku lampus
dadi wong urip aja seneng apus-apus
Pring petung, urip iku suwung
sanajan suwung nanging aja padha bingung
Pring wuluh, urip iku tuwuh
aja mung embuh, ethok-ethok ora weruh
Pring cendani, urip iku wani
wani ngadepi, aja mlayu marga wedi
Pring kuning, urip iku eling
wajib padha eling, eling marga Sing Peparing

Pring deling, artinya berani dan ingat
berani karena tahu daripada menggerutu sampai bibirnya sumbing
Pring itu rumput, tinggi dan tegak
rejeki sedikit tapi tidak usah bingung
Pring ori, hidup itu mati
semua yang hidup pasti akan mati
Pring apus, hidup itu mati
jadi orang hidup jangan suka menipu
Pring petung, hidup itu hampa
walaupun hidup itu hampa tetapi jangan bingung
Pring wuluh, hidup itu tumbuh
jangan cuek, pura-pura tidak tahu
Pring cendani, hidup itu berani
berani menghadipi jangan lari karena takut
Pring kuning, hidup itu ingat
harus ingat, ingat yang memberi

            Pring deling tegese kendel lan eling, kendel marga eling timbang nggrundel nganti suwing.

            Hidup itu berani dan ingat. Berani disini berarti berani membela yang benar karena ingat bahwa hal itu memang benar. Kebanyakan dari anak muda sekarang melakukan tindakan yang jelek hanya karena sebuah gengsi. Mereka hanya sedang ikut-ikut dengan trend yang ada. Ketika blackberry sedang menjadi trend di masyarakat maka banyak yang membelinya. Jika tidak membelinya maka dikatakan akan ketinggalan zaman padahal handphone fungsi utamanya adalah untuk berkomunikasi dan untuk membantu pekerjaan tetapi mereka hanya berlomba untuk mencari prestise.
            Di tengah trend diatas, itu masih ada anak Indonesia yang berani melakukan hal berbeda. Mereka tidak ikut arus perkembangan zaman yang membawa dampak negatif. Banyak dari mereka menggunakan waktu sebaik mungkin untuk menimba ilmu daripada harus mencari sebuah gengsi. Uang yang mereka miliki mereka gunakan untuk membeli buku agar menambah wawasan atau juga mereka gunakan untuk membantu mereka yang berkekurangan dengan bakti sosial daripada digunakan untuk membeli yang tidak berguna.
            Jadi mengapa kita harus ikut membuang-buang uang dan waktu hanya untuk mengejar sebuah gengsi? Lebih baik kita gunakan uang dan waktu kita untuk mempersiapkan masa depan kita. Gengsi hanya bersifat sementara. Jika kita ingin mencari sebuah pengakuan maka kita tunjukkan dengan bakat dan kemampuan kita untuk membuat sesuatu yang berguna.

            Pring kuwi suket, dhuwur tur jejeg, rejeki seret, rasah dha buneg.

            Bambu hanya sebuah rumput tetapi bisa berdiri tegak. Perumpamaan ini ingin mengajarkan bahwa kita hendaknya memiliki mental yang kuat ketika menghadapi cobaan. Kita harus tangguh dan tidak mudah menyerah sebelum menyelesaikannya. Seperti sebuah slogan pada saat masa perjuangan yang menunjukkan tekad untuk berjuang yaitu merdeka atau mati.
            Bermental tangguh itu harus kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Saat mempersiapkan ulangan, kita harus belajar dengan baik agar kita dapat mengerjakan ulangan dengan baik tanpa mencontek. Saat kita diberi kepercayaan sebagai pengurus OSIS, kita menjadi pelayan yang baik bagi teman-teman yang lain walaupun banyak tugas yang harus di selesaikan. Dewasa ini banyak pelajar Indonesia yang bekerja untuk mencukupi biaya sekolah sendiri. Itulah semangat yang hendaknya kita tanamkan pada diri kita masing-masing karena kita adalah masa depan Indonesia yang harus membangun Indonesia menuju arah yang lebih baik.
Pring ori, urip iku mati, kabeh sing urip mesti bakale mati.
Segalanya yang hidup pasti akan untuk mati. Hidup itu hanya sekali maka dari itu isilah dengan hal-hal yang bermanfaat. Tidak ada artinya menghabiskan waktu dengan bersenang-senang terus. Lebih baik melakukan tindakan yang berguna bagi diri sendiri dan sesama.
Saat terjadi bencana alam letusan gunung Merapi banyak sukarelawan dari kalangan anak-anak SMA yang turun membantu korban bencana. Seperti contohnya posko pengungsian di SMA Van Lith Muntilan, banyak sekali siswa-siswi SMA yang menjadi sukarelawan mulai dari SMA Seminari Mertoyudan, SMA Van Lith, SMA De Britto, dll yang membantu korban bencana alam. Mereka mencurahkan waktu dan tenaga mereka untuk membantu orang-orang yang berkesusahan akibat bencana Merapi. Mengapa mereka mau bersusah-susah demi korban bencana Merapi? Mereka bisa saja hanya diam dirumah dan tidak ikut menolong. Namun nyatanya mereka memilih untuk tetap menolong korban bencana alam.
Itu hanyalah sedikit gambaran dari angkatan muda Indonesia yang memiliki kehendak baik. Sebenarnya kita bisa melakukannya jika kita hidup dalam solidaritas tanpa mementingkan diri sendiri. Jika kita hidup saling bahu-membahu maka kita bisa membangun Indonesia bersama-sama sebagai armada muda Indonesia.

           Pring apus, urip iku lampus, dadi wong urip aja seneng apus-apus.

            Hidup yang damai adalah hidup dalam kejujuran. Kejujuran adalah harta yang paling berharga dalam hidup ini. Banyak orang sukses karena mereka jujur. Tetapi saat ini menghidupi nilai kejujuran di tengah kebobrokan Indonesia rasanya menjadi hal berat.
            Pengalaman saya menjadi seorang pelajar saat ulangan pasti saya mencontek. Saat SMP saya sering sekali mencontek. Bagi saya menghidupi kejujuran sebagai pelajar itu berat sekali. Tetapi saya sadar apa gunanya mencontek jika itu tidak mengembangkan diri saya. Saya mendapat nilai baik tetapi tidak berkembang. Akhirnya saat SMA saya menghidupi nilai kejujuran itu. Sudah 3 tahun saya tidak mencontek dan nilai-nilai saya tetap baik walaupun kadang mendapat nilai jelek juga tetapi saya tetap senang karena itu hasil jerih payah saya sendiri.
            Coba bayangkan jika setiap generasi muda bisa hidup dalam kejujuran pasti Indonesia yang bobrok akan berubah. Mungkin koruptor-koruptor penghisap uang rakyat tidak akan lagi di Indonesia karena semua bertindak dengan jujur. Mari kita wujudkan armada Indonesia yang jujur.           

            Pring petung, urip iku suwung, sanajan suwung nanging aja padha bingung.

            Dalam perjalanan hidup, manusia kadang menemui kehampaan. Kadang kita bingung ketika hidup rasanya hampa. Ingin melakukan sesuatu tetapi kok tidak ada tastenya. Karena merasa sepi maka banyak dari kita yang mencari pelarian agar merasa tidak sendirian dengan pergi ke dugem, menyibukkan diri dengan dunia maya, dll. Ketika merasa kesepian maka kita akan menyenangkan diri kita sendiri agar kita bisa menghilangkan rasa sepi.
Saat-saat kita mengalami kesepian sebenarnya adalah waktu kita untuk berhenti dan melihat kebelakang, merefleksikan perjalanan hidup kita. Ketika merasa sepi janganlah bingung akan kehidupan kita.kita hendaknya berefleksi dan melihat kembali apa yang sudah kita lakukan dalam hidup kita. Setelah kita menyadarinya maka kita menyusun rencana apa yang akan kita lakukan untuk besok. Biarkanlah kamu melewati kesepian itu dan ingatlah bahwa kamu masih memiliki Tuhan yang selalu menyertai kamu. Jadi jangan putus asa dan bingung ketika kamu merasa dunia ini hampa.

            Pring wuluh, urip iku tuwuh, aja mung embuh, ethok-ethok ora weruh.

            Kita hidup sebagai mahluk sosial yang saling melengkapi. Dewasa ini banyak dari kita yang hidup sebagai mahluk individualis. Kita menganggap bahwa kita hanya hidup sendiri dan bisa hidup tanpa bantuan orang lain.
            Di bulan Ramadhan sering kita lihat para pelajar SMA yang berbagi nasi bungkus pada para pengemis di jalanan untuk berbuka puasa. Atau para pelajar yang mengadakan konser amal yang hasilnya nanti diserahkan ke panti asuhan. Mereka peduli kepada sesama mereka yang berkesusahan. Jika kita hidup dalam kepeduliaan maka tidak akan orang yang hidup dalam kesusahan.
Kita diciptakan Tuhan untuk saling melengkapi. Kita diciptakan Tuhan dengan kelemahan dan tidak sempurna. Ketika ada yang berkesusahan maka sudah selayaknya kita membantu yang berkesusahan. Kita hendaknya peduli dengan sesama kita jangan bersikap acuh tak acuh pada sesama.

            Pring cendani, urip iku wani, wani ngadepi, aja mlayu marga wedi.

            Berani berbuat, berani bertanggungjawab itulah sifat seorang ksatria. Hidup jika hanya lari dari masalah sama halnya dengan seorang pengecut. Ketika kita berani melakukan sesuatu, maka kita juga harus berani menghadapi semua resiko atas pilihan kita.
Dewasa ini banyak sekali anak muda yang hanya berani berbuat sesuatu tetapi tidak berani bertanggungjawab. Misalnya banyak sekali problematika tentang remaja yang hamil dan yang menghamili tidak mau bertanggungjawab. Itulah mentalitas pengecut yang tidak berani bertanggung jawab atas segala tindakannya. Namun tidak semua orang seperti itu. Masih banyak orang yang berani bertanggungjawab atas perbuatannya.
Berani berbuat, berani bertanggungjawab. Jangan hanya lari karena takut untuk bertanggungjawab. Bagaimana nasib Indonesia jika banyak orang yang tidak bertanggungjawab?  Apakah selamanya negara kita akan penuh kebobrokan karena banyak oknum yang tidak berani bertanggungjawab?

            Pring kuning, urip iku eling, wajib padha eling, eling marga Sing Peparing.

            Kadang kita diberi tetapi kita lupa untuk bersyukur atas apa yang telah kita terima. Tuhan itu sudah memberikan kepada kita banyak sekali, entah itu sebagai orang miskin atau kaya. Yang jelas Tuhan sudah memberikan kita hidup maka dari itu harus disyukuri.
            Tahukah kalian sekolah Mangunan di Kalasan, Yogyakarta dan sekolah informal yang didirikan Romo Mangun di bantaran sungai Code, Yogyakarta? Sekolah itu didirikan untuk membantu anak-anak bantaran Code yang tidak bisa bersekolah. Kita sudah bisa mengenyam ilmu hingga sekarang karena kita diberi kesempatan oleh Tuhan untuk belajar.
            Di daerah Ethiopia masih banyak saudara-saudara kita yang kelaparan. Sementara kita sering tidak bersyukur atas makanan yang bisa kita makan. Malahan kita ingin makan yang enak-enak terus tetapi pada akhirnya makanan yang tidak dimakan, dibuang begitu saja. Kita sudah diberi rejeki oleh Tuhan, maka kita hendaknya bersyukur.
            Tuhan itu Maha Pemberi. Tuhan itu murah hati. Tuhan telah memberikan segalanya kepada kita: kekayaan alam, pendidikan yang bermutu, dan fasilitas yang lengkap sudah diberikan kepada kita. Maka dari itu, kita harus bersyukur atas apa yang diberikan oleh Tuhan. Jika kita memiliki rejeki berlebih, hendaknya kita berbagi kepada yang berkekurangan. Mari kita bangun generasi muda Indonesia yang penuh syukur.

Daftar pustaka:
  • Syair lagu Ngelmu Pring oleh  G.P Sindhunata, SJ
  • Endraswara, Suwardi, 2003, Falsafah Hidup Jawa, Yogyakarta, Cakrawala
  • Suseno, SJ, Franz Magnis, 1984, Etika Jawa, Jakarta, Gramedia