Rabu, 14 Maret 2012

Bangkitlah dari keputusasaan


Sehabis Gelap, Terbitlah Terang

            Pernahkah anda mengalami masa-masa keputusasaan? Pasti kebanyakan dari anda sudah pernah mengalami keputusasaan. Keputusasaan itu dapat digambarkan sebagai sebuah situasi dari diri kita yang membuat seakan-akan kita tidak bisa melakukan atau menyelesaikan sesuatu hal. Keputusasaan membuat kita kehilangan semangat untuk menyelesaikan sesuatu yang sedang kita kerjakan dan keputusasaan itu kadang membuat seolah-olah harapan itu tidak ada. Pokoknya situasi keputusasaan itu hanya membuat kita diam untuk tidak melakukan sesuatu karena kita ragu, apakah kita bisa melakukannya.
            Contohnya seperti berikut, ketika siswa diberi tugas membuat makalah dengan batas tenggang waktu selama dua hari. Pasti responnya akan berbeda-beda, ada yang langsung menyanggupi dan juga ada yang merasa ragu apakah bisa membuat sebuah makalah dengan waktu dua hari. Jika di dalam kehidupan di sekolah A misalnya ada seorang siswa yang harus menyelesaikan karya tulis tetapi selain itu siswa tersebut terlibat dengan berbagai kegiatan ekstrakulikuler dan kepanitiaan yang ada di sekolahnya. Pada suatu fase, siswa itu akan merasa ragu apakah dia bisa menyelesaikan karya tulisnya di tengah banyaknya kesibukan kehidupan asrama.Nah, pada kesempatan kali ini kita akan membahas lebih dalam dan berefleksi tentang keputusasaan.

“Beda lan kang wus santosa, kinarilan ing Hyang Widhi, satiba malanganeya, tan susah ngupaya kasil, saking mangunah prapti, pangeran paring pitulung, marga samaning titah, rupa sabarang pakolih, paradene masih taberi ikhtiyar.”
Orang yang kuat lahir batin, diberkahi Tuhan, rejeki terus mengalir meski tanpa susah payah, karena ketekunannya, Tuhan memberi pertolongan melalui sesama, lengkaplah segala kemudahan, naun tetap saja terus berusaha.
-Serat Kalatidha-
R.Ng. Ranggawarsita

            Hidup adalah sebuah proses untuk terus berusaha hidup. Seperti yang dikatakan dalam seorang pujangga Jawa yaitu R. Ng. Ranggawarsita bahwa walaupun semua kemudahan sudah dating pada kita tetapi kita tetap harus berusaha. Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana kalau kita tidak diberi kemudahan oleh Tuhan, apakah kita akan tetap berusaha atau menyerah di tengah keputusasaan? Kadang ketika kita melakukan sesuatu hal, kita akan diberi kemudahan oleh Tuhan melalui orang-orang di sekitar kita atau melalui kondisi lingkungan. Tetapi kadang kala kita tidak diberi kemudahan melainkan cobaan yang akan mempersulit kita untuk melakukan sesuatu hal. Pada saat seperti itu kita dituntut untuk bisa tabah dan bertahan menjalani cobaan karena kita sedang diberi ujian oleh Tuhan. Tujuan Tuhan memberikan kita ujian itu adalah untuk melihat apakah kita itu kuat mental kita menjalani cobaan yang terus menderu dan walaupun sebuah cobaan itu sulit dan menyakitkan tetapi dibalik itu semua pasti ada hikmah yang akan menjadi indah pada waktunya. Dalam masa-masa berat itu kita diajak untuk terus percaya bahwa masih ada harapan dan untuk terus berusaha mengejar harapan itu karena Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi umatnya.
            Tetapi bagaimana kalau kita menyerah? Kalau kita menyerah pasti masalah yang kita hadapi tidak akan pernah terselesaikan. Jika kita menyerah sama saja kita lari dari masalah karena kita tidak mau menghadapi masalah itu. Atau jika kita menyerah, mungkin kita akan merasa senang karena sudah tidak terbebani lagi tetapi dibalik itu kita tidak dididik untuk menjadi pribadi yang tangguh. Kita akan cenderung menjadi orang yang manja karena mental kita tidak terbentuk untuk berusaha dan sebetulnya ketika kita menyerah, beban itu masih ada tetapi tidak begitu tampak. Masalah atau beban itu akan terus menumpuk karena masalah itu akan terus berdatangan sepanjang hidup kita. Jika kita tidak berusaha menyelesaikan atau menghadapinya, akan banyak masalah yang membuat kita menjadi lebih tertekan.

“Ngelmu iku, kalakone kanthi laku, lekase lawan kas, tegese kas nyantosani, setya budya pangekese dur angkara.”
Ilmu itu, hanya tercapai melalui laku (proses usaha dan tawakal), dimulai dengan kas (niat teguh), artinya kas menjadikan sentosa. Iman dan budi yang teguh untuk menanggulangi goda angkara.
-Serat Wedhatama-
KGPAA Mangkunegara IV

            Seperti kata-kata wejangan diatas bahwa ilmu itu dicapai melalui laku atau proses usaha tawakal. Sama juga dengan kesuksesan juga dicapai melalui proses usaha dan tawakal. Semua usaha itu diawali dari niat bahwa kita mau berniat untuk berusaha. Niat yang teguh itu sudah menjadi landasan yang kuat untuk kita melangkah. Niat yang teguh akan membawa kita kepada keberhasilan. Dalam proses itu, kadang ada fase disaat kita mengalami kelelahan dan masa-masa berat yang akan membuat kita merasa putus asa untuk bisa menyelesaikannya. Pada saat itulah niat yang teguh membuat kita percaya bahwa badai pasti akan berlalu, bahwa semua ini akan terselesaikan. Niat teguh itu menjadi motivasi awal yang akan selalu memberi semangat ketika merasa putus asa. Dengan adanya niat, kita akan menjadi beriman dan percaya kalau semua dapat dilalui dan masih ada harapan dibalik terpaan badai.
            Rasa percaya itulah yang akan membuat kita terus melangkah. Rasa percaya juga yang membuat kita semakin beriman karena kita akan senantiasa didampingi oleh Tuhan. Di tengah proses itu, kita akan menemui banyak godaan yang akan membuat kita tidak setia dengan proses kita. Dalam posisi itu kita diajak untuk beriman dan kembali pada niat untuk menyelesaikan proses ini dengan elegan. Jika kita tidak beriman dan kembali membangun niat, kita akan terbuai dengan godaan dan menjadi tidak setia dengan proses kita. Godaan itu pasti akan memberikan tawaran yang lebih menyenangkan daripada proses perjuangan kita. Maka pasti kita akan mudah untuk terpengaruh oleh godaan. Pada saat diterpa godaan kita diajak menjadi kuat seperti Santo Petrus yang memiliki pendirian teguh yang digamabarkan sebagai batu karang.

            Sehabis gelap, terbitlah terang
            Pasti anda merasa tidak asing dengan kalimat ini. Ya, kalimat ini dari salah satu tokoh perjuang Indonesia yaitu R.A Kartini. Kalimat ini menjadi harapan Kartini pada perjuangannya untuk mengangkat martabat wanita Indonesia. Walaupun perjuangannya terhenti dengan pernikahannya dengan Bupati Rembang tetapi ia masih memiliki harapan bahwa pada suatu saat pasti martabat wanita Indonesia tidak akan direndahkan lagi oleh kaum lelaki.
            Sehabis gelap, terbitlah terang itu mengambil gambaran seperti setelah malam hari yang gelap pasti akan terbit mentari pagi hari yang akan menyinari dunia. Kalimat ini menunjukkan kepercayaan adanya sebuah harapan dalam setiap perkara. Pasti ada setiap jalan penyelesaian dari setiap masalah. Hal inilah yang ingin kita teladani dan kita hidupi dalam setiap kehidupan kita.
            Kita diajak untuk terus berjuang dan berusaha saat menyelesaikan sebuah masalah. Kita harus terus setia untuk menyelesaikan sebuah proses dengan elegan. Pada saat-saat kita mengalami keputusasaaan kita harus percaya bahwa masih ada harapan dan badai akan berlalu. Kita harus pecaya bahwa masih ada banyak jalan untuk mencapai cita-cita kita. Seperti sebuah pepatah yang mengatatkan, masih ada banyak jalan menuju Roma. Jadi mengapa harus takut untuk menghadapi keputusasaan? Kita hanya perlu percaya bahwa akan waktunya badai itu berlalu dan kita perlu terus berusaha sampai titik darah penghabisan kita. Tuhan akan selalu mendampingi umatNya dan tak akan pernah meninggalkan umatNya. Jadi tidak perlu takut untuk melangkah kalau Tuhan sudah beserta kita.

“Peputune nggonira dumadi, ngugemana mring catur upaya, mrih tan bingung pangesthine, kang dhingin wekasingsun, anirua marang kang becik, kapindho anuruta mring kang bener iku, katri nggugua kang nyata, kaping pate miliha ingkang pakolih, dadi kanthi ning ndonya.”
Hakikat hidupmu di dunia, berpeganglah pada empat usaha, agar tidak bingung mencapai tujuan, nasihatku yang pertama, contohlah apa yang baik, kedua tirulah kehendak yang baik, ketiga indahkanlah apa yang nyata, keempat pilihlah apa yang membawa keberhasilan, itulah bekal hidupmu.
-Serat Darmawasita-
KGPAA Mangkunegara IV


Tidak ada komentar:

Posting Komentar