Sehabis Gelap, Terbitlah Terang
Pernahkah anda mengalami masa-masa
keputusasaan? Pasti kebanyakan dari anda sudah pernah mengalami keputusasaan.
Keputusasaan itu dapat digambarkan sebagai sebuah situasi dari diri kita yang
membuat seakan-akan kita tidak bisa melakukan atau menyelesaikan sesuatu hal.
Keputusasaan membuat kita kehilangan semangat untuk menyelesaikan sesuatu yang
sedang kita kerjakan dan keputusasaan itu kadang membuat seolah-olah harapan
itu tidak ada. Pokoknya situasi keputusasaan itu hanya membuat kita diam untuk
tidak melakukan sesuatu karena kita ragu, apakah kita bisa melakukannya.
Contohnya seperti berikut, ketika
siswa diberi tugas membuat makalah dengan batas tenggang waktu selama dua hari.
Pasti responnya akan berbeda-beda, ada yang langsung menyanggupi dan juga ada
yang merasa ragu apakah bisa membuat sebuah makalah dengan waktu dua hari. Jika
di dalam kehidupan di sekolah A misalnya ada seorang siswa yang harus
menyelesaikan karya tulis tetapi selain itu siswa tersebut terlibat dengan
berbagai kegiatan ekstrakulikuler dan kepanitiaan yang ada di sekolahnya. Pada
suatu fase, siswa itu akan merasa ragu apakah dia bisa menyelesaikan karya
tulisnya di tengah banyaknya kesibukan kehidupan asrama.Nah, pada kesempatan
kali ini kita akan membahas lebih dalam dan berefleksi tentang keputusasaan.
“Beda lan kang wus santosa,
kinarilan ing Hyang Widhi, satiba malanganeya, tan susah ngupaya kasil, saking
mangunah prapti, pangeran paring pitulung, marga samaning titah, rupa sabarang
pakolih, paradene masih taberi ikhtiyar.”
Orang
yang kuat lahir batin, diberkahi Tuhan, rejeki terus mengalir meski tanpa susah
payah, karena ketekunannya, Tuhan memberi pertolongan melalui sesama,
lengkaplah segala kemudahan, naun tetap saja terus berusaha.
-Serat
Kalatidha-
R.Ng.
Ranggawarsita
Hidup adalah sebuah proses untuk
terus berusaha hidup. Seperti yang dikatakan dalam seorang pujangga Jawa yaitu
R. Ng. Ranggawarsita bahwa walaupun semua kemudahan sudah dating pada kita
tetapi kita tetap harus berusaha. Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana
kalau kita tidak diberi kemudahan oleh Tuhan, apakah kita akan tetap berusaha
atau menyerah di tengah keputusasaan? Kadang ketika kita melakukan sesuatu hal,
kita akan diberi kemudahan oleh Tuhan melalui orang-orang di sekitar kita atau
melalui kondisi lingkungan. Tetapi kadang kala kita tidak diberi kemudahan
melainkan cobaan yang akan mempersulit kita untuk melakukan sesuatu hal. Pada
saat seperti itu kita dituntut untuk bisa tabah dan bertahan menjalani cobaan
karena kita sedang diberi ujian oleh Tuhan. Tujuan Tuhan memberikan kita ujian
itu adalah untuk melihat apakah kita itu kuat mental kita menjalani cobaan yang
terus menderu dan walaupun sebuah cobaan itu sulit dan menyakitkan tetapi
dibalik itu semua pasti ada hikmah yang akan menjadi indah pada waktunya. Dalam
masa-masa berat itu kita diajak untuk terus percaya bahwa masih ada harapan dan
untuk terus berusaha mengejar harapan itu karena Tuhan akan memberikan yang
terbaik bagi umatnya.
Tetapi bagaimana kalau kita
menyerah? Kalau kita menyerah pasti masalah yang kita hadapi tidak akan pernah
terselesaikan. Jika kita menyerah sama saja kita lari dari masalah karena kita
tidak mau menghadapi masalah itu. Atau jika kita menyerah, mungkin kita akan
merasa senang karena sudah tidak terbebani lagi tetapi dibalik itu kita tidak
dididik untuk menjadi pribadi yang tangguh. Kita akan cenderung menjadi orang
yang manja karena mental kita tidak terbentuk untuk berusaha dan sebetulnya
ketika kita menyerah, beban itu masih ada tetapi tidak begitu tampak. Masalah
atau beban itu akan terus menumpuk karena masalah itu akan terus berdatangan
sepanjang hidup kita. Jika kita tidak berusaha menyelesaikan atau
menghadapinya, akan banyak masalah yang membuat kita menjadi lebih tertekan.
“Ngelmu iku, kalakone kanthi laku,
lekase lawan kas, tegese kas nyantosani, setya budya pangekese dur angkara.”
Ilmu
itu, hanya tercapai melalui laku (proses usaha dan tawakal), dimulai dengan kas
(niat teguh), artinya kas menjadikan sentosa. Iman dan budi yang teguh untuk
menanggulangi goda angkara.
-Serat
Wedhatama-
KGPAA
Mangkunegara IV
Seperti kata-kata wejangan diatas
bahwa ilmu itu dicapai melalui laku atau proses usaha tawakal. Sama juga dengan
kesuksesan juga dicapai melalui proses usaha dan tawakal. Semua usaha itu
diawali dari niat bahwa kita mau berniat untuk berusaha. Niat yang teguh itu
sudah menjadi landasan yang kuat untuk kita melangkah. Niat yang teguh akan
membawa kita kepada keberhasilan. Dalam proses itu, kadang ada fase disaat kita
mengalami kelelahan dan masa-masa berat yang akan membuat kita merasa putus asa
untuk bisa menyelesaikannya. Pada saat itulah niat yang teguh membuat kita
percaya bahwa badai pasti akan berlalu, bahwa semua ini akan terselesaikan.
Niat teguh itu menjadi motivasi awal yang akan selalu memberi semangat ketika
merasa putus asa. Dengan adanya niat, kita akan menjadi beriman dan percaya
kalau semua dapat dilalui dan masih ada harapan dibalik terpaan badai.
Rasa percaya itulah yang akan
membuat kita terus melangkah. Rasa percaya juga yang membuat kita semakin
beriman karena kita akan senantiasa didampingi oleh Tuhan. Di tengah proses
itu, kita akan menemui banyak godaan yang akan membuat kita tidak setia dengan
proses kita. Dalam posisi itu kita diajak untuk beriman dan kembali pada niat
untuk menyelesaikan proses ini dengan elegan. Jika kita tidak beriman dan
kembali membangun niat, kita akan terbuai dengan godaan dan menjadi tidak setia
dengan proses kita. Godaan itu pasti akan memberikan tawaran yang lebih
menyenangkan daripada proses perjuangan kita. Maka pasti kita akan mudah untuk
terpengaruh oleh godaan. Pada saat diterpa godaan kita diajak menjadi kuat
seperti Santo Petrus yang memiliki pendirian teguh yang digamabarkan sebagai
batu karang.
Sehabis
gelap, terbitlah terang
Pasti
anda merasa tidak asing dengan kalimat ini. Ya, kalimat ini dari salah satu
tokoh perjuang Indonesia yaitu R.A Kartini. Kalimat ini menjadi harapan Kartini
pada perjuangannya untuk mengangkat martabat wanita Indonesia. Walaupun
perjuangannya terhenti dengan pernikahannya dengan Bupati Rembang tetapi ia
masih memiliki harapan bahwa pada suatu saat pasti martabat wanita Indonesia
tidak akan direndahkan lagi oleh kaum lelaki.
Sehabis gelap, terbitlah terang itu
mengambil gambaran seperti setelah malam hari yang gelap pasti akan terbit
mentari pagi hari yang akan menyinari dunia. Kalimat ini menunjukkan
kepercayaan adanya sebuah harapan dalam setiap perkara. Pasti ada setiap jalan
penyelesaian dari setiap masalah. Hal inilah yang ingin kita teladani dan kita
hidupi dalam setiap kehidupan kita.
Kita diajak untuk terus berjuang dan
berusaha saat menyelesaikan sebuah masalah. Kita harus terus setia untuk
menyelesaikan sebuah proses dengan elegan. Pada saat-saat kita mengalami
keputusasaaan kita harus percaya bahwa masih ada harapan dan badai akan
berlalu. Kita harus pecaya bahwa masih ada banyak jalan untuk mencapai
cita-cita kita. Seperti sebuah pepatah yang mengatatkan, masih ada banyak jalan
menuju Roma. Jadi mengapa harus takut untuk menghadapi keputusasaan? Kita hanya
perlu percaya bahwa akan waktunya badai itu berlalu dan kita perlu terus
berusaha sampai titik darah penghabisan kita. Tuhan akan selalu mendampingi
umatNya dan tak akan pernah meninggalkan umatNya. Jadi tidak perlu takut untuk
melangkah kalau Tuhan sudah beserta kita.
“Peputune nggonira dumadi,
ngugemana mring catur upaya, mrih tan bingung pangesthine, kang dhingin
wekasingsun, anirua marang kang becik, kapindho anuruta mring kang bener iku,
katri nggugua kang nyata, kaping pate miliha ingkang pakolih, dadi kanthi ning
ndonya.”
Hakikat
hidupmu di dunia, berpeganglah pada empat usaha, agar tidak bingung mencapai
tujuan, nasihatku yang pertama, contohlah apa yang baik, kedua tirulah kehendak
yang baik, ketiga indahkanlah apa yang nyata, keempat pilihlah apa yang membawa
keberhasilan, itulah bekal hidupmu.
-Serat
Darmawasita-
KGPAA
Mangkunegara IV
Tidak ada komentar:
Posting Komentar